PENGERTIAN DAN LANDASAN PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan
bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk
hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya,
sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju
pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima
pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan
berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan
perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Pandangan klasik
tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat
menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk
untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer
pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer
nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai
prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan
ketiga di atas memberikan pengerian bahwa pandidikan bukan hanya transfer of
knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat
menjadi penolong bagi umat manusia. Landasan Pendidikan marupakan salah satu
kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan.
Landasan Pendidikan
diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia,agar
pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau
pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama.Untuk
negara kita diperlukan landasan pendidikan berupa landasan hukum,landasan
filsafat,landasan sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan
landasan ekonomi .
B.
Fokus Masalah
1.Pendidikan ditinjau dari beberapa batasan arti dan pengertian secara
keseluruhan.
2.Penjelasan landasan pendidikan dari sudut pandang filosofis,sosiologis,kultural,dan psikologis.
3.Pengertian mengajar,mendidik, dan belajar.
4.Penggambaran pendidikan seumur hidup.
C.
Sistematika Penelitian
Makalah yang kami
susun ini mengenai “Pengertian dan Landasan Pendidikan”. Dalam makalah ini
terdapat 4 bab dan tambahan kata pengantar, daftar isi, serta daftar pustaka.
Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus
masalah, dan sistematika penelitian ini.
Bab II merupakan
kajian teori. Dalam bab ini, kami menjelaskan pertama mengenai pengertian pendidikan
dilihat dari berbagai batasan dan secara keseluruhan; kedua menngenai
landasan-landasan pendidikan yang meliputi landasan filosofis, sosiologis,
kultural, dan psikologis; ketiga mengenai konsepsi mengajar, mendidik, dan
belajar; dan yang terakhir mengenai penggambaran dari pendidikan seumur hidup
(life-long education).
Bab III merupakan pembahasan. Semua materi yang dipaparkan
di bab II (kajian teori) akan dibahas lebih lanjut dalam bab ini. Terakhir
adalah Bab IV yang merupakan kesimpulan dan saran.
KAJIAN TEORI
A.
PENGERTIAN PENDIDIKAN
1. Pengertian pendidikan dilihat dari beberapa batasan arti pendidikan
yaitu:
a.
Batasan dari segi Filsafat Pendidikan
Menurut
Prof. Dr. N. Drijakara, pendidikan adalah Pemanusiaan manusia muda atau
pengangkatan manusia muda ke taraf insani.
b.
Batasan dari segi Ilmu Pendidikan
Menurut
Prof. Dr. M. J. Langeveld, pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan,
dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada kedewasaan anak atau lebih
tepat membantu anak agar cakap melaksanakan tugasnya sendiri. Sedangkan menurut
Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup dan tumbuhnya
anak-anak maksudnya pendidikan itu menuntun segala kodrat yang ada pada anak
agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-setingginya.
c.
Batasan dari segi Sosial Pendidikan
Menurut
John Owey, pendidikan adalah proses membangun dan membawa. Sedangkan menurut
Francis J. Brown, pendidikan adalah proses kontrol yang memperhatikan perubahan
perilaku yang dihasilkan seseorang dan seseorang dalam kelompok.
d.
Batasan dari segi Psikologi Belajar
Menurut
Arthur K. Ellis, John J. Cogan, dan Kenneth R. Howey, pendidikan adalah jumlah
total dari pengalaman belajar seseorang selama hidupnya, bukan hanya dalam
pengalaman pendidikan formal. Ini adalah proses dimana seseorang mendapatkan,
mengerti dirinya sendiri seperti mengerti lingkungannya.
2. Pengertian Pendidikan menurut GBHN
Pendidikan
nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan
martabat bangsa.
3.Pendidikan Menurut Fungsinya
Pendidikan
sebagai proses transformasi budaya, pewarisan budaya dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Ada 3 bentuk transformasi, yaitu nilai yang masih cocok
diteruskan, nilai yang kurang cocok diperbaiki, dan nilai yang tidak cocok
diganti.
4.Pendidikan sebagai proses pembentuk pribadi
Pendidikan
diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis terarah pada terbentuknya
kepribadian anak didik.
5.Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
Pendidikan
diartikan sebagai bimbingan kepada anak didik untuk mengembangkan bakat yang
dapat digunakan untuk bekerja. UUD 1945 pasal 25 menyatakan bahwa tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
B.
LANDASAN PENDIDIKAN
Pendidikan sebagai usaha sadar yang
sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan
sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena
pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat
bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan
filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam
menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan
mendorong pendidikan untuk mnjemput masa depan.
1. Landasan
Filososfis
Landasan
filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan,
meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai,
hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran
filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan
Progresivisme, dan Ekstensialisme.
a) Esensialisme
Esensialisme adalah mashab
pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar
esensial.
b)
Perenialisme
Perenialisme adalah aliran
pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran,
keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
c)
Pragmatisme dan Progresifme
Pragmatisme adalah aliran filsafat
yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang
pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan
tradisional.
d)
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab
filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor
perubahan masyarakat.
2. Landasan
Sosiologis
Dasar sosiolagis
berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan
pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang
dipelajari oleh sosiolagi pendidikan
meliputi empat bidang:
1.
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2.
Hubungan kemanusiaan.
3.
Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4.
Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
3. Landasan
Kultural
Kebudayaan dan pendidikan
mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan atau
dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha
melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan perkembangan z aman sehingga
terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan
tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi
kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan
transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
4. Landasan Psikologis
Pemahaman peserta didik
merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu hasil kajian dan
penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam pendidikan terutama
yang berkaitan dengan:
1)
Perbedaan individual
2)
Kurikulum perlu disusun berdasarkan pengalaman belajar anak.
3) Guru perlu
memahami perkembangan kepribadian anak.
4) Pendidikan
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan anak.
5) Perlu
diciptakan kondisi lingkungan yang dapat membantu peserta didik untuk
mengembangkan potensi, kecerdasan, emosi, dan keterampilan dalam pendidikan.
5. Landasan
Ilmiah dan Teknologis
Kebutuhan pendidikan yang
mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari
berbagai bidang teknologi ke dalam
penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses
penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam
bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan
IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar
IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam
pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
C.
KONSEPSI BELAJAR,
MENGAJAR, DAN MENDIDIK
Terdapat perbedaan mendasar
antara mendidik dan mengajar, beberapa orang mungkin terjebak antara definisi
mendidik dengan mengajar. Padahal, terdapat perbedaan yang mendasar antara
keduanya. Mengajar merupakan kegiatan teknis keseharian seorang guru. Semua
persiapan guru untuk mengajar bersifat teknis. Hasilnya juga dapat diukur
dengan instrumen perubahan perilaku yang bersifat verbalistis. Tidak seluruh
pendidikan adalah pembelajaran, sebaliknya tidak semua pembelajaran adalah
pendidikan. Perbedaan antara mendidik dan mengajar sangat tipis, secara
sederhana dapat dikatakan mengajar yang baik adalah mendidik. Dengan kata lain
mendidik dapat menggunakan proses mengajar sebagai sarana untuk mencapai hasil
yang maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan.
Mendidik lebih bersifat kegiatan
berkerangka jangka menengah atau jangka panjang. Hasil pendidikan tidak dapat
dilihat dalam waktu dekat atau secara instan. Pendidikan merupakan kegiatan
integratif olah pikir, olah rasa, dan olah karsa yang bersinergi dengan
perkembangan tingkat penalaran peserta didik.
Jadi, jika hasil pengajaran
dapat dilihat dalam waktu singkat atau paling lama tiga tahun, keluaran
pendidikan tidak dapat dilihat sebagai satu hasil yang segmentatif. Hasil
pendidikan tercermin dalam sikap, sifat, perilaku, tindakan, gaya menalar, gaya
merespons, dan corak pengambilan keputusan peserta didik atas suatu perkara.
Tiap proses dalam pendidikan
memliki berbagai keterbatasan, yaitu batas-batas pendidikan pada peserta didik,
batas-batas pendidikan pada pendidik, serta batas-batas pendidikan pada
lingkungan dan sarana pendidikan.
D.
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP (LIFE LONG EDUCATION)
Pendidikan Seumur
Hidup “Life-Long Education” (bukan “long life
education”) adalah makna yang seharusnya benar-benar
terkonsepsikan secara jelas serta komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian,
dalam sikap, perilaku dan dalam penerapan terutama bagi para pendidik di negeri
kita. Menurut Carl Rogers, pendidikan bukanlah proses pembentukan (process of being shaped) tetapi sesuatu
proses menjadi (process of becoming)
yaitu proses menjadi manusia yang berpribadi dan berkarakter. Life Long education cenderung melihat
pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai
perwujudan manusia secara penuh yang berjalan terus menerus seolah-olah tidak
ada batasannya sampai meninggal.
Pendidikan seumur
hidup ini bersifat holistik, sedangkan pengajaran bersifat spesialistik, terutama pengajaran yang terpilih dan terinferensikan dalam berbagai
bentuk kelembagaan belajar. Holistik memiliki arti lebih mengarah kepada
pengutuhan atau penyempurnaan. Karena manusia selalu berusaha untuk mencapai
titik kesempurnaan dalam segala hal.
Hubungan antara
manusia dan pendidikan sangatlah erat. Setiap orang dikenai dan terpanggil
untuk melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya
dan jika mereka telah dewasa dan berkeluarga maka, mereka pun akan mendidik
anak-anaknya. Pada dasarnya realisasi pendidikan di Indonesia melalui beberapa
jalur diantaranya, pendidikan melalui jalur keluarga yang disebut pendidikan
informal dan pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik melalui jalur
lembaga pendidkan yang disebut pendidikan formal.
Pendidikan membuat manusia lebih
sempurna (berkualitas) atau lebih utuh dalam meningkatkan dan membangun
hidupnya dari taraf kehidupan alamiah ke taraf kehidupan berbudaya. Ada
semboyan yang terkenal “Makin tinggi kualitas SDM makin besar jaminan bahwa
pembangunan akan berhasil”. Semakin banyak pendidikan yang diperoleh seseorang,
semakin berbudaya orang itu. Budaya adalah segala hasil pikiran , kemauan dan
karya manusia baik secara individual maupun kelompok yang berguna bagi
peningkatan kualitas hidup manusia. Semakin tinggi budaya suatu bangsa berarti
semakin tinggi pendidikannya.Semakin tinggi budaya suatu bangsa berarti semakin tinggi harkat kemanusiaannya.
Dalam agama sering kita dengar kalimat ”Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai
ke liang lahat”. Belajar merupakan
tugas semua manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin semua mempunyai tugas
tersebut. Kita belajar mengetahui
apapun yang ada di dunia ini untuk kemajuan individu atau universal. Belajar
memberi, belajar menerima, belajar bersabar, belajar menghargai, belajar
menghormati dan belajar semua hal. Belajar adalah belajar sendiri (self directed), sebab yang tahu manfaat
dan seberapa jauh dia mencapai keberhasilannya belajarnya adalah dirinya
sendiri. Hanya dirinya sendirilah yang menggerakan perubahan ke arah mana yang
ia inginkan dan harapkan. Ini berarti bahwa manusia tidak dapat begitu saja
dibentuk dan diubah oleh orang lain menurut
kehendaknya baik melalui pengendalian, pengontrolan manipulasi, dan
hukuman. Belajar harus mampu membuat manusia menggunakan informasi yang telah
dimiliki sebagai dasar untuk pengembaraannya sendiri dalam rangka pengembangan
yang lebih jauh.
Pendidikan merupakan mekanisme
yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pembelajaran seumur hidup. Kemunculan paradigma pendidikan
dipicu oleh arus besar modernisasi yang menghendaki terciptanya demokratisasi
dalam segala dimensi kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan. Mau tak
mau pendidikan harus dikelola secara desentralisasi dengan memberikan tempat
seluas-luasnya bagi partisipasi masyarakat. Sebagai implikasinya, pendidikan
menjadi usaha kolaboratif yang melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya.
Partisipasi pada konteks ini berupa kerjasama antara warga dengan pemerintah
dalam merencanakan, melaksanakan, menjaga dan mengembangkan aktivitas
pendidikan. Sebagai sebuah kerja sama, maka masyarakat diasumsi mempunyai
aspirasi yang harus diakomodasi dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program
pendidikan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan dan Landasan Pendikaan
Pendidikan adalah sesuatu yang
universal dan berlangsung terus menerus dari generasi ke generasi. Upaya
memanusiakan mannusia melalui pendidikan diselenggarakan sesuai dengan
pandangan hidup sosial budaya setiap masyarakat. Pemahaman tentang landasan
pendidiakan sangat penting untuk digunakan dalam mengambil keputusan dan
tindakan yang tepat dalam pendididkan. Hal ini penting karena hasil pendidikan
tidak segera nampak sehingga setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam
pendidikan harus diuji kebenarannya.
1.
Landasan sosiologis
Kegiatn pendidikann merupakan
suatu proses interaksi antar dua individu (pendidik dan anak didik). Oleh
karena itu kajian sosiologis tentang pendidikan mencakup semua jalur pendidikan
tersebut. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang
denagn sengaja dibentuk oleh masyarakat dengan perrencanaan dan pelaksanaan
yang mantap. Disamping sekolah dan keluarga, proses pendidikan juga dipengaruhi
oleh kelompok kecil dalam masyarakat. Perkembangan masyarakat Indonesia dari
masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut
sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan
komplek. Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan
pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan
Ke-Bhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya
dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun
jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran).
2.
Landasan kultural
Pendidikan selalu terkait dengan
manusia, sedang setiap manusia menjadi anggota masyarakat dan pendukung budaya.
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timabal balik. Kebudayaan dapat
diwariskan ke generasi selanjutnya melalui pendidikan. Sistem pendidikan kita
juga berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila dan UUD
’45. Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu
melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat
dan bangsa Indonesia. Hal ini harsulah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan
kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi
ketunggal-ikaan.
3.
Landasan Psikologis
Pemahaman terhadap peserta
didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci
keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis
sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.Sebagai implikasinya
pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik,
sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati
dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis
besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk
memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat
dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
4.
Landasan Ilmiah dan Teknologis
Iptek merupakan salah satu hasil
pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada
permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur
sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan
ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan
hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya
bagi masyarakat.
B.
Konsepsi Mengajar, Mendidik dan Belajar
Mengajar adalah perbuatan yang
dilakukan oleh seorang pendidik (Guru) kepada Siswa, sehingga terjadi proses
belajar. Ciri-ciri hasil pengajaran yang baik adalah hasil belajar tahan lama,
dan hasil belajar merupakan pengetahuan yang asli dan otentik.
Mendidik adalah penggunaan
proses mengajar sebagai sarana untuk mencapai hasil yang maksimal dalam
mencapai tujuan pendidikan. Hasil mendidik tidak dapat dilihat dalam waktu yang
instan. Contoh seorang guru matematika mengajarkan kepada anak pintar
menghitung, tapi anak tersebut tidak penuh perhitungan dalam segala
tindakannya, maka kegiatan guru tersebut baru sebatas mengajar belum mendidik.
Tidak setiap guru mampu mendidik
walaupun ia pandai mengajar, untuk menjadi pendidik guru tidak cukup menguasai
materi dan keterampilan mengajar saja, tetapi perlu memahami dasar-dasar agama
dan norma-norma dalam masyarakat, sehingga guru dalam pembelajaran mampu
menghubungkan materi yang disampaikannya dengan sikap dan keperibadiaan yang
harus tumbuh sesuai dengan ajaran agama dan norma-norma dalam masyarakat.
Belajar adalah usaha anak didik untuk meningkatkan kemampuan Kognitif, Afektif
dan Psykomotorik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Agar anak didik dapat mengikuti
perubahan dalam pola kehidupan, serta dalam menjalain kerjasama, maka anak
didik harus dapat :
a. Belajar untuk mengenal (learning to know) cara dan sarana untuk memahami pengetahuan lebih
lanjut.
b. Belajar berkarya (learning
to do) untuk meningkatkan kreativitas, produktivitas dan profesionalisme.
c. Belajar membentuk jati diri (learning to be) dengan mengembangkan
semua potensi yang ia miliki.
d. Belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together) dengan
mengembangkan pemahaman atas sejarah, tradisi dan nilai-nilai warga lain yang
didasarkan atas pengakuan saling ketergantungan dalam menghadapi tantangan masa
depan.
Tiap proses dalam pendidikan memliki berbagai keterbatasan,
yaitu :
1. Batas-batas Pendidikan pada peserta didik.
Intinya tiap peserta didik
memiliki perbedaan kemampuan yang tidak sama sehingga hal tersebut dapat
membatasi kelangsungan hasil pendidikan, solusinya pendidik harus mencari
metode-metode pembelajaran sehingga dapat berkembang seoptimal mungkin.
2.Batas-batas pendidikan pada pendidik
Para pendidik sendiri memiliki
berbagai keterbatasan ada yang sifatnya relatif masih bisa di tolerir dengan
cara pendidik sendiri mengupayakan mengatasi keterbatasannya, namun
permasalahannya jika tidak dapat di tolerir berdampak pada peserta didik itu
sendiri, mereka akan tidak memahami apa yang disampaikan pendidik.
3.Batas-batas pendidikan pada lingkungan dan sarana pendidikan
Lingkungan dan sarana pendidikan
merupakan salah satu penentu kualitas akhir pendidikan. Lingkungan dan sarana
yang tidak memadai, akan menghambat berlangsungnya proses pendidikan. Disini
pendidik harus lebih kreatif dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber
proses pembelajaran.
C.
Pendidikan Seumur Hidup
Life
Long Education cenderung melihat pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat
untuk mencapai perwujudan manusia secara penuh yang berjalan terus menerus
seolah-olah tidak ada batasannya sampai meninggal. Melalui pendidikan ada ranah
dalam diri manusia yang akan dikembangakan pada anak didik yaitu lingkup afeksi
(rasa/perasaan dan kemauan), lingkup kognisi yaitu cipta otak (pikiran), dan
lingkup psikomotor yaitu keterampilan. Pendidikan dapat dipandang suatu
kegiatan kehidupan sebagai bimbingan dan latihan. Secara konseptual,
pendidikan adalah suatu fasilitator yang bertumpu pada prinsip “dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat”.
· Pendidikan
dari masyarakat, maksudnya pendidikan hanya terjadi dalam masyarakat karena
pendidikan hanya berjalan dalam proses interaksi dengan orang lain. Hanya
dengan pendidikan manusia dapat mempertahankan kehidupannya dan pengembangan
yang telah dicapai.
· Pendidikan
oleh masyarakat, maksudnya masyarakatlah yang melakukan kegiatan pendidikan
atau belajar adalah anak itu sendiri karena anak itu sendirilah yang sadar akan
diri dan lingkungannya sehingga anak tersebut akan berusaha untuk mengembangkan
dirinya sendiri untuk mencapai aktualisasi diri.
· Pendidikan
untuk masyarakat, maksudnya bahwa kegiatan pendidikan itu untuk pencapaian
perkembangan secara maksimal akan potensi yang dimiliki.
Pada konteks ini, masyarakat
dituntut peran dan partisipasi aktifnya dalam setiap program pendidikan. Secara
singkat dikatakan, masyarakat perlu diberdayakan, diberi peluang dan kebebasan
untuk mendesain, merencanakan, membiayai, mengelola dan menilai sendiri apa
yang diperlukan secara spesifik.
Life
Long Education memerlukan adanya perpaduan antara pendidikan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Ini berarti pendidikan
menjadi sebuah realita yang terjadi dimana-mana dan sangat mempunyai arti
penting bagi perkembangan hidup manusia. Karena dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dari berbagai macam pendidikan itu sangat penting
bagi peningkatan kualitas hidup manusia,
mensejahterakan dan memfungsikan hidup manusia itu sendiri.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1. Pendidikan
adalah aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan
diri dan belajar dibawah bimbingan pengajar.
2. Pendidikan
sebagai proses transformasi budaya (pewarisan budaya dari satu generasi ke
generasi selanjutnya).
3. Landasan
pendidikan dapat dilihat dari sudut pandang filosofis, sosiologis, kultural,
dan psikologis.
4. Mengajar
adalah perbuatan yang dilakukan pendidik kepada anak didik, sehingga terjadi
proses belajar.
5. Mendidik
adalah penggunaan proses mengajar sebagai sarana untuk mencapai tujuan
pendidikan.
6. Belajar
adalah usaha anak didik untuk meningkatkan kemampuannya.
7.
Pendidikan seumur hidup adalah sistem
konsep-konsep pendidikan yang menerangakan keseluruhan peristiwa-peristiwa
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia.
8. Proses pendidikan seumur hidup
berlangsung kontinu dan tidak terbatas oleh waktu seperti pendidikan formal.
B.
Saran
1. Seorang
pendidik sebaiknya dapat mendidik anak
didiknya agar pengetahuan yang mereka miliki dapat seimbang dengan sikap dan
moral.
2. Janganlah lelah untuk mengejar
pendidikan karena pendidikan dapat terus berlangsung selama proses dalam hidup
kita tetap berjalan.
3. Proses pendidikan seharusnya ditunjang dengan pendidik yang
berkompeten sehingga pendidikan dapat membentuk kepribadian anak didik menjadi
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Meilanie,Sri
Martini.2009.Pengantar Ilmu Pendidikan.Jakarta
: Universitas Negeri Jakarta.
http://www.indonesia-admin.blogspot.com/.../konsep-pendidikan-seumur-hidup/
http://www. pendidikanuntuksemua.wordpress.com/.../pendidikan-seumur-hidup/
http://imadiklus.com/merubah-konsep-pandangan-pendidikan-non-formal
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka
Cipta.